Setan Dibelenggu Saat Ramadhan, Tapi Mengapa Sulit Meninggalkan Keburukan?

Ramadhan merupakan bulan penuh berkah. Setan dibelenggu, pintu-pintu surga dibuka, dan ampunan Allah terbentang luas. Tapi, mengapa masih ada yang bermaksiat dan lalai dalam beribadah? Bukankah tanpa gangguan setan, seharusnya lebih mudah untuk berbuat baik?
Mungkin permasalahannya bukan sekadar godaan setan.. tapi sesuatu yang telah lama mengakar dalam diri kita.
Rasulullah bersabda,
“Jika bulan Ramadhan datang, maka pintu-pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup, dan setan-setan dibelenggu.” (HR. Muslim)
Ini adalah bentuk kasih sayang Allah. Setan tak lagi leluasa menggoda, namun ada satu musuh lain yang harus kita hadapi, yaitu diri kita sendiri.
Ada hawa nafsu yang selama ini kita turuti, ada pola hidup yang tanpa sadar telah membentuk siapa diri kita hari ini. Begitu pula dengan kebiasaan buruk, meski setan tak membisikkan godaan, tubuh dan jiwa kita sudah terbiasa melakukannya.
Sahabat, kita sepakat bahwa perubahan itu tidak instan. Inilah mengapa Ramadhan bukan hanya tentang menahan lapar dan haus. Ramadhan menjadi momen bagi kita untuk mengendalikan diri, melawan hawa nafsu, dan membangun kebiasaan baru.
Pertanyaannya, maukah kita memanfaatkan momen ini untuk berbenah diri dan berubah?
Jika hari ini kita bisa bangun sahur, itu berarti kita juga mampu bangun untuk tahajud. Jika hari ini kita bisa menahan lapar dan dahaga karena Allah, maka kita juga bisa menahan lisan dari ucapan yang sia-sia, menahan hawa nafsu, dan mengendalikan diri agar tetap istiqamah dalam kebaikan.
Ramadhan bukan tentang menjadi baik hanya dalam sebulan. Sebab Allah tetap ada di 11 bulan lainnya, menanti hamba-Nya yang istiqamah dalam kebaikan. Jangan biarkan semangat ibadah ini berlalu bersama hilalnya. Karena yang lebih indah dari meraih hidayah adalah menjaga dan istiqamah di atasnya.
Sumber: NU Online