Otto Iskandardinata: Pengorbanan Sang Pahlawan Yang Lenyap Dalam Senyap
"Si Jalak Harupat", julukan yang disematkan kepada Raden Otto Iskandardinata, pahlawan yang tidak asing bagi kita karena wajahnya terpampang di uang nominal 20 ribu. Setelah Indonesia merdeka, Otto ditunjuk sebagai Menteri Keamanan Rakyat yang dikenal loyal kepada Soekarno-Hatta. Meskipun jasadnya hilang, warisannya dalam sejarah tetap hidup.
Namun, siapa sebenarnya sosok di balik nama ini? Mengapa kisahnya berakhir dalam misteri?
Julukan "Si Jalak Harupat" melambangkan kekuatan dan keberanian. Seperti ayam jantan yang berkokok nyaring, Otto Iskandardinata adalah sosok yang tak pernah gentar dalam mengungkapkan pendapat. Dengan kecerdasan dan ketajaman analisisnya, Otto selalu berhasil mengguncang podium debat, mengkritik kebijakan pemerintah yang dianggapnya tidak adil.
Sebagai Menteri Negara, Otto Iskandardinata ditugaskan untuk membentuk tentara kebangsaan pertama Indonesia, yang dikenal sebagai Badan Keamanan Rakyat (BKR). Ini perkara yang sensitif, karena tak semua mantan anggota tentara setuju bergabung. Beberapa dari mereka membentuk laskar-laskar independen dengan tujuan dan kepentingan yang berbeda.
Perpecahan ini membawa Otto pada medan tugas berisiko tinggi yang semakin mendekatkannya pada situasi berbahaya. Suatu hari, di bulan Desember 1945, Otto sedang berbincang dengan rekannya, Sanusi Hardjadinata. Suasana tampak tenang, hingga beberapa pemuda yang tampaknya bagian dari salah satu kelompok laskar mendatangi mereka.
Tanpa tanda mencurigakan, para pemuda tersebut mengajak Otto berbincang dan membawanya pergi, menghilang seakan ditelan bumi. Bertahun-tahun kemudian, terungkap kebenaran nasibnya melalui Mujitaba bin Murkam, anggota "Laskar Hitam" yang diadili, ia bersaksi bahwa Otto dieksekusi secara mengenaskan di Pantai Mauk pada pertengahan Desember 1945.
Otto, yang selama ini dikenal sebagai sosok yang lantang menyuarakan keadilan, dihabisi dalam sunyi, jauh dari keluarganya, dan tanpa penghormatan yang layak sebagai seorang pahlawan. Sebagai simbolis jasadnya yang tak pernah ditemukan, peti matinya hanya diisi air laut dan pasir yang menjadi saksi bisu penghabisan hidup seorang pejuang bangsa.
Akhir tragis yang menyisakan luka mendalam bagi sejarah bangsa ini.
Sumber: Instagram History Memes Nusantara | Nasional Tempo