Setiap bulan April, nama Kartini menggema sebagai simbol emansipasi dan kemajuan perempuan Indonesia. Namun, tak banyak yang tahu bahwa perjuangan Kartini pun lahir dari keluarga yang napas perjuangannya mengalir kuat. Terbukti dengan sosok kakak kandungnya, Raden Mas Panji Sosrokartono, pria yang dijuluki Si Jenius dari Timur.

Lahir di Mayong, Jepara, 10 April 1877, Sosrokartono adalah seorang poliglot, ia menguasai 24 bahasa asing dan 10 bahasa daerah. Kemampuan luar biasanya ini membawanya ke puncak karir sebagai penerjemah tunggal di Liga Bangsa-Bangsa tahun 1919, lembaga yang kini kita kenal sebagai Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Ia adalah pribumi pertama yang berhasil meraih gelar sarjana di Universitas Leiden, Belanda, di tengah keterbatasan, dan tekanan kolonialisme. Tak banyak yang tahu, bahwa Sosrokartono adalah salah satu guru Soekarno. Ia membekali Bung Karno dengan wawasan geopolitik yang luas, nasionalisme, dan pemikiran visioner pada masa kepemimpinannya.

Meski berasal dari keluarga bangsawan dan bergaung hingga Eropa, Sosrokartono memilih jalan yang tak mudah. Ia menolak jabatan bupati yang ditawarkan pemerintah kolonial, karena tak ingin menjadi alat penjajahan. Keputusannya membuatnya difitnah, bahkan dituduh sebagai simpatisan komunis.

Ia jatuh miskin, terlilit utang, dan wafat dalam kesederhanaan. Tapi dari hidupnya, kita belajar bahwa prinsip dan kehormatan tak bisa dibeli. Ia tidak mengejar nama, tak pula haus akan popularitas. Hari ini, nama Kartini terus kita kenang. Tapi mari juga beri ruang dalam ingatan kita untuk sang kakak, Raden Mas Panji Sosrokartono.

Sumber: Instagram @‌alwijo | http://Tempo.co | Surat Dunia