Influencer Culture: Tren atau Ancaman?

  • Tanggal : 2024-11-21

Single blog Details

Di era digital ini, kita sering kali mudah terjebak dalam tekanan untuk mengikuti tren yang dipopulerkan oleh para influencer dan media sosial. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Jin et al. (2020), dijelaskan bahwa konten unggahan influencer di media sosial memainkan peran penting dalam pembentukan persepsi mengenai tren dan gaya hidup yang ideal.

Bagaimana dampak jangka panjang bagi kita sebagai masyarakat pengguna media sosial?

Berdasarkan survei dari LetsInfluence, riset menunjukkan bahwa lebih dari 70% konsumen percaya jika pemasaran melalui influencer memengaruhi perilaku pembelian mereka. Hal ini menunjukkan betapa besar kekuatan yang dimiliki influencer dalam membentuk keputusan konsumen. Namun, sering kali, pengaruh ini memicu konsumerisme berlebihan.

Ketika influencer mempromosikan gaya hidup yang tampak ideal, banyak orang merasa terjebak dalam perasaan FOMO (fear of missing out), yang mendorong mereka untuk membeli barang-barang yang sebenarnya tidak diperlukan. Lebih jauh lagi, fenomena ini menyebabkan banyak individu mengukur kebahagiaan dan kesuksesan mereka berdasarkan standar yang tidak realistis.

Perbandingan diri dengan kehidupan glamor para influencer seringkali membuat banyak orang merasa kurang puas. Meskipun influencer memiliki dampak besar, kita sebagai pengguna media sosial perlu lebih bijak dalam menyaring informasi. Tidak semua yang dipromosikan sesuai dengan kebutuhan kita.

Dengan meningkatkan kesadaran dan ketelitian dalam menggunakan media sosial, kita bisa menjadi lebih kritis dan tidak mudah terpengaruh.

Beberapa tips untuk menghindari dampak negatif dari influencer culture:

  1. PERTIMBANGKAN sebelum membeli.

  2. PRIORITASKAN kebutuhan dibanding keinginan.

  3. BATASI paparan terhadap konten yang memicu FOMO.

Sahabat, kita harus mengingat bahwa media sosial dan influencer hanyalah bagian dari kehidupan modern yang dinamis. Sebagai pengguna, kita memiliki kendali untuk membedakan antara kebutuhan nyata dan keinginan yang dipicu oleh tren sesaat. Jadilah konsumen yang cerdas dan bijak, dengan selalu memprioritaskan keseimbangan antara gaya hidup dan kebutuhan.

Sumber: The Science Survey | The Financial Express